Kamis, 24 Maret 2016

Cotoh Kasus Terapi Psikoanalisa



Seorang anak berinisial A mengalami suatu depresi (murung dan menarik diri) oleh penolakan terhadap peristiwa meninggal ayahnya, karena dia tidak bisa mengarahkannya kepada orang lain sehingga si-A mengarahkan rasa bersalah itu kepada dirinya sendiri.

Penyelesaian oleh konselor dengan teori psikoanalisa:
Asumsi yang digunakan dalam membantu Si-A
Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,  mekanistik, dan reduksionistik. Dimana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Berdasarkan ilustrasi kasus, depresi (murung dan menarik diri) yang dialami konseli merupakan tindakan mekanisme pertahanan ego, karena adanya ketidak seimbangan antara id, ego dan superego, yaitu dengan melakukan represi dan penolakan terhadap peristiwa meninggal ayahnya, karena dia tidak bisa mengarahkannya kepada orang lain sehingga konseli mengarahkan rasa bersalah itu kepada dirinya sendiri.
      Pembinaan hubunga konseling dengan si-A:
Dalam konseling psikoanalisis hubungan konselor dengan konseli (si-A), yaitu
  • Konselor membantu konseli untuk dapat bersikap yang relatif rasional, realistik, dan tidak neurosis, hal ini merupakan pra-kondisi untuk terwujudnya keberhasilan konseling psikoanalisis.
  • Konselor mengalihkan segenap pengalaman masa lalu konseli terhadap ayahnya kepada konselor. Kemudian, konselor membantu konseli untuk mencapai pemahaman tentang  bagaimana dirinya telah salah dalam menerima,  menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.


Asesmen yang dilaksanakan:
Konselor melakukan esesmen dengan mengidentifikasi konflik-konflik bawah sadar dari konseli, meliputi: Persepsi konseli terhadap dirinya, hubungan interpersonalnya, dorongan dan dinamika psikologis yang dialami, serta bagaimana konseli mengkontrol emosinya.
Tujuan konseling bagi konseli
Tujuan konseling adalah untuk membentuk kembali struktur karakter konseli dengan cara merekonstruksi, membahas, menganalisa, dan menafsirkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau, yang terjadi di masa kanak-kanak. Membantu konseli untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan menjadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari oleh konseli Secara spesifik, membawa konseli dari dorongan-dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) berupa pengalaman masa lalu baik dengan orang tunya sebelum ayahnya meninggal dan hal-hal yang mengakibatkan kecemasan konseli, menuju ke arah perkembangan kesadaran intelektual,  menghidupkan   kembali  masa  lalu konseli dengan menembus konflik yang ditekan berupa urusan yang tidak selesai di masa lampau, memberikan kesempatan kepada konseli untuk  menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya yaitu peristiwa kematian ayahnya.
Teknik-teknik konseling yang digunakan
n  Asosiasi bebas
Konselor membantu konseli untuk mengingat kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan-pelepasan emosi yang berkaitan dengan peristiwa kematian ayahnya. Pada teknik asosiasi bebas konseli mengalami proses katarsis, dimana konseli dapat dengan bebas untuk mengemukakan segenap perasaan dan pikiran yang terlintas di benaknya, baik yang menyenangkan maupun yang tidak. Kemudian konselor berusaha untuk mengenali peristiwa-peristiwa yang di-repres dan dikurung oleh konseli dalam ketidaksadarannya.
n  Interpretasi
Konselor menafsirkan pengalaman konseli kemudian membimbingnya ke arah peningkatan pemahaman atas dinamika yang  tidak disadari olehnya berupa resistensinya dan penolakannya terhadap kematian ayahnya.
n  Analisis resistensi
Jika konseli mengalami resistensi dalam proses konseling. Konselor tidak bisa membiarkan hal ini terjadi karena akan menghambat proses konseling. Penafsiran terhadap resistensi harus dilaksanakan untuk membantu konseli untuk menyadari alasan-alasan yang ada di balik resistensi dan kemudian mampu menyelesaikan konfliknya secara realistis.
n  Analisis transferensi
Konselor membantu konseli untuk dapat mengatasi “urusan yang belum selesai” dengan orang-orang penting di masa lalu seperti ayahnya, yang terdistorsi ke masa sekarang dan memberikan reaksi kepada konselor sebagaimana dia bereaksi terhadap ayah pada masa ayahnya masih hidup. Di sini konselor melakukan penafsiran agar konseli  mampu menembus konflik masa lalu, dan menggarap konflik emosional yang terdapat pada hubungan terapeutiknya bersama sang konselor (yang dianggap sebagai ayahnya).

Prosedur konseling yang digunakan
n  Konselor membantu konseli untuk menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanaknya sehingga menemukan penyebab-penyebab ketidaksadaran yang menyebabkan dia menjadi murung, menarik diri dari teman-temannya serta keinginannya untuk berhenti bersekolah.
n  Konselor membantu konseli untuk menata pengalaman masa lampau, menganalisis, dan menafsirkannya dengan tujuan untuk merekonstriksi kepribadian konseli melalui asosiasi bebas, interpretasi, analisis transfrensi dan analisis resistensi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar