Kamis, 30 April 2015

Tugas softskill 2




1.   Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri alih bahasa dari adjustment. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lazarus (1961), adjustment involves reaction of the person to demand imposed upon him. (Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta)
Demikian pula pendapat Thorndike dan Hogen yang disitir oleh Mustafa Fahmi (1977) sebagai berikut: penyesuaian diri merupakan kemampuan individu untuk mendapatkan ketentraman secara internal dan hubungannya dengan dunia sekitar. (Sundari, Siti. 2005.Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta)
Maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu sebagai reaksi atas penanganan dalam menghadapi tekanan yang dibebankan dari orang lain dan lingkungan sekitar untuk mencapai kedamaian dan ketentraman secara internal maupun eksternal serta menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekitar dan komponen – komponen pendukung didalamnya.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih  sesuai antara diri individu dengan lingkungannya.
Scheneiders (1964: 51) mengemukakan beberapa kriteria penyesuaian yang tergolong baik (well adjusment) ditandai dengan:
1. pengetahuan dan tilikan terhadap diri sendiri,
2. obyektivitas diri dan penerimaan diri,
3. pengendalian diri dan perkembangan diri,
4. keutuhan pribadi,
5. tujuan dan arah yang jelas,
6. perspektif, skala nilai dan filsafat hidup memadai,
7. rasa humor,
8. rasa tanggung jawab,
9. kematangan respon,
10. perkembangan kebiasaan yang baik,
11.  adaptabilitas,
12.  bebas dari respon-respon yang simptomatis (gejala gangguan mental),
13.  kecakapan bekerja sama dan menaruh minat kepada orang lain,
14.  memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain,
15.  kepuasan dalam bekerja dan bermain, dan
16.  orientasi yang menandai terhadap realitas.

      Schneiders (1964: 51) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik (well adjustment person) adalah mereka dengan segala keterbatasannya, kemampuannya serta kepribadiannya telah belajar untuk bereaksi terhadap diri sendiri dan lingkungannya dengan cara efisien, matang, bermanfaat, dan memuaskan. Efisien artinya bahwa apa yang dilakukan individu tersebut dapat memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan tanpa banyak mengeluarkan energi, tidak membuang waktu banyak, dan sedikit melakukan kesalahan. Matang artinya bahwa individu tersebut dapat memulai dengan melihat dan menilai situasi dengan kritis sebelum bereaksi. Bermanfaat artinya bahwa apa yang dilakukan individu tersebut bertujuan untuk kemanusiaan, berguna dalam lingkungan sosial, dan yang berhubungan dengan Tuhan. Selanjutnya, memuaskan artinya bahwa apa yang dilakukan individu tersebut dapat menimbulkan perasaan puas pada dirinya dan membawa dampak yang baik pada dirinya dalam bereaksi selanjutnya. Mereka juga dapat menyelesaikan konflik-konflik mental, frustasi dan kesulitan-kesulitan dalam diri maupun kesulitan yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya serta tidak menunjukkan perilaku yang memperlihatkan gejala menyimpang.
·       * Variasi Penyesuaian Diri
Schneiders (1964: 429) mengungkapkan setiap individu memiliki pola penyesuaian yang khas terhadap setiap situasi dan kondisi serta lingkungan yang dihadapinya. Bagaimana individu menyesuaikan diri di lingkungan rumah dan keluarganya, di sekolahnya, bagaimana individu dapat menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, serta cara menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial menentukan adanya variasi penyesuaian diri (Varietas of Adjustment), artinya adanya klasifikasi penyesuaian diri yang berdasarkan pada masalah dan situasi yang dihadapi dan berkaitan dengan tuntutan lingkungan. Empat variasi penyesuaian diri yang lebih penting dan krusial dalam kehidupan seorang manusia yaitu:
·         Penyesuaian dengan dirinya sendiri (Personal Adjustment)
·         Penyesuaian sosial (Social Adjustment)
·         Penyesuaian diri dengan pernikahan (Marital Adjustment)
·         Penyesuaian diri dengan pekerjaan (Vocational Adjustment).

2.  PERTUBUHAN PERSONAL
·       PENGERTIAN PERTUMBUHAN PERSONAL
Manusia  merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.
Setiap individu memiliki naluri yang secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya apakah  hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam  masyarakat yang memiliki suatu  norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi yang cuek.
·       Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu:
Faktor genetik
·         Faktor keturunan — masa konsepsi
·         Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
·         Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis  kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen
·         Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal
Faktor eksternal / lingkungan
·         Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
·         Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya
Dari semua faktor-faktor  di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
a. Aliran asosiasi
perubahan terhadap seseorang secara bertahap karena pengaruh dan pengalaman atau empiri (kenyataan) luar, melalui panca indera yang menimbulkan sensasiton (perasaan) maupun pengalaman mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflektion.
b. Psikologi gestalt
pertumbuhan adalah proses  perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal sesuatu secara keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
c. Aliran sosiologi
Pertumbuhan adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang semula asosial maupun sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan. Pertumbuhan individu sangat penting untuk dijaga dari sejak lahir agar bisa tumbuh menjadi individu yang baik dan berguna untuk sesamanya.
Contoh : Saat seorang mahasiswa mengalami masalah mengenai penurunan nilainya. Maka ia akan berusaha untuk mengurangi beban pikirannya, misalnya dengan malakukan hobinya contohnya dengan bermain bola.
Daftar Pustaka :
Basuki,Heru.(2008).Psikologi Umum.Jakarta:Universitas Gunadarma








1.      Pengertian Stress
a.      Arti penting stress
Stress adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
            Stress bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan.Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.
GAS (General Adaptation Syndrom) merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon yang terlibat didalam nya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin.
Terdapat 3 fase, yaitu :
-   Fase Alarm (waspada)
-   Fase Resistance (melawan)
-   Fase Exhaustion (kelelahan)

Faktor-faktor individual dan sosial yang menjadi penyebab stress, yaitu :
-  Faktor Individu
    Biasanya yang menyebabkan diri individu mengalami stress berasal dari keadaan atau kondisi keluarga,seperti salah pola asuh, broken home, keadaan ekonomi yang sulit, serta kurangnya kecocokan dengan aturan keluarga. Itu semua hanya sebagian kecil faktor individu yang menyebabkan stress.
-  Faktor Sosial
    Seseorang mengalami stress bukan hanya karena faktor individu saja, melainkan dikarenakan faktor sosialnya juga. Faktor sosial yang dimaksud seperti disebabkan karena bencana alam (gempa bumi, tsunami, longsor, banjir, kebakaran, dan lain-lain). Karena sebab-sebab itulah biasanya individu tersebut merasakan goncangan yang sangat kuat dan jika individu tersebut tidak bias terima keadaan tersebut maka akan menyebabkan seseorang mengalami stress.

B.      Tipe-tipe Stress
Tipe-tipe stress terbagi menjadi empat, yaitu :
-          - Tekanan
Biasanya tekanan muncul tidak hanya dalam diri sendiri, mealinkan di luar diri juga. Karena biasanya apa yang menjadi pandangan kita terkadang bertentangan dengan pandangan orang tua, itu yang terkadang menjadi salah satu tekanan psikologis bagi seorang anak yang akan menimbulkan stress pada anak tersebut.
-          - Frustasi
Suatu kondisi psikologis yang tidak menyenangkan sebagai akibat terhambatnya seseorang dalam mencapai apa yang diinginkannya.
-          - Konflik
Perbedaan pendapat, perbedaan cara pandang bahkan perbedaan pandangan dalam mencapai suatu tujuan itu akan menimbulkan koflik. Biasanya tidak hanya konflik dengan diri sendiri, banyak juga konflik ini terjadi antar beberapa orang, kelompok, bahkna organisasi.
-          - Kecemasan
Khawatir, gelisah, takut dan perasaan semacamnya itu merupakn suatu tanda atau sinyal
seseorang mengalami kecemasan. Biasanya kecemasan di timbulkan karena adanya rasa
kurang nyaman, rasa tidak aman atau merasa terancam pada dirinya.

C.       Pendekatan problem solving terhadap stress
         Proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan masalah berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang cermat dan akurat. Atau ketika kita mendapatkan masalah dan membuat kita stress, lebih baik kita berdoa dan memohon petunjuk dari yang Maha Kuasa.
-          Strategi coping yang spontan mengatasi stress, yaitu :
Menurut Lazanus, penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
-          mProblem-Pocused Coping (coping yang berfokus pada masalah)
Penanganan stress atau coping yang digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
-          Emotional-Pocused Coping (coping yang berfokus pada emosi)
Penanganan stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara emosional, terutama dengan penilaian defensive.

Sumber:



Apec Fachrul  Rozy Salam
2PA14
11513194






Tidak ada komentar:

Posting Komentar